BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan pendidikan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat menerima pelajaran dengan baik.
Proses pengajaran akan lebih hidup dan menjalin kerjasama diantara siswa, maka proses pembelajaran dengan paradigma lama harus diubah dengan paradigma baru yang dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam berpikir, arah pembelajaran yang lebih kompleks tidak hanya satu arah sehingga proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kerjasama diantara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, maka dengan demikian siswa yang kurang akan dibantu oleh siswa yang lebih pintar sehingga proses pembelajaran lebih hidup dan hasilnya lebih baik.
Dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari berbagai variabel pokok yang saling berkaitan yaitu kurikulum, guru/pendidik, pembelajaran, peserta. Dimana semua komponen ini bertujuan untuk kepentingan peserta. Berdasarkan hal tersebut pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar dengan menyenangkan. Hal ini dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik.
Berdasarkan pandangan diatas, maka permasalahan yang muncul adalah bagaimana upaya guru untuk meningkatkan hasil balajar siswa dengan pendekatan yang tepat. Salah satu solusinya yaitu dengan mengembangkan suatu pendekatan pembelajaran yang membuat siswa lebih senang dan lebih termotivasi untuk belajar. Beberapa pendekatan pembelajaran yang dianggap efisien adalah pendekatan pembelajaran komunikatif, pendekatan pembelajaran kontekstual, dan pendekatan pembelajaran humanistik.
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan macam-macam pendekatan pembelajaran untuk peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
Perilaku belajar dapat ditemukan di sembarang tempat. Informasi lewat radio, televisi, surat kabar, dll mudah di dapat. Dalam kegiatan belajar mengajar guru dihadapkan pada siswa. Siswa yang dihadapi oleh guru rata-rata satu kelas yang terdiri dari 40 orang. Kemungkinan dapat terjadi seorang guru menghadapi sejumlah ratusan siswa. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keterampilan mengorganisasi siswa agar belajar. Guru juga menghadapi bahan pengetahuan yang berasal dari buku teks, dari kehidupan, sumber informasi lain, atau kenyataan di sekitar sekolah. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keterampilan mengolah pesan. Pembelajaran juga berarti meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan siswa. Kemampuan-kemampuan tersebut diperkembangkan bersama dengan pemerolehan pengalaman-pengalaman belajar sesuatu. Pemerolehan pengalaman-pengaaman tersebut merupakan suatu proses yang berlaku secara deduktif, atau induktif, atau proses yang lain. Dengan menghadapi sejumlah pebelajar, berbagai pesan yang terkandung dalam bahan ajar, peningkatan kemampuan pebelajar, dan proses pemerolehan pengalaman, maka setiap guru memerlukan pengetahuan tentang pendekatan pembelajaran. Suatu prasyarat untuk dapat membelajarkan adalah bahwa seorang pembelajar (guru) sudah pernah bertindak belajar itu sendiri.
A. Pengorganisasian Siswa
Guru kelas satu SMP membagi buku bacaan merata ke semua siswa di kelasnya. Siswa diminta membaca dalam hati selama 5 menit. Topik yang dibaca tentang Gunung Kelud meletus. Kemudian siswa diberi tugas berikut, (i) tiap siswa mencatat kata-kata sulit yang ditemukan dibacaan, (ii) tiap siswa diminta mengemukakan peristiwa Gunung Kelud meletus dengan kalimat sendiri. Setelah selesai catatan “kata-kata sulit” dikumpulkan guru. Setelah tiap siswa mengemukakan hasil tugas, guru memperbaiki ‘tanggapan isi bacaan” dan kalimat-kalimat siswa. Kemudian guru SMP kelas satu tersebut menulis delapan judul karangan di papan tulis. Tiap siswa diminta memilih satu di antara delapan buah judul karangan. Kemudian, siswa menulis karangan selama tiga puluh lima menit. Guru berkeliling kelas, membantu siswa yang memperoleh kesukaran dalam menulis karangan. Setelah selesai, karangan siswa dikumpulkan oleh guru. Guru memeriksa karangan, dan membubuhkan komentar yang memberanikan siswa mengungkapkan buah pikirannya. Keesokan harinya, guru membagikan karangan siswa kembali. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan tata cara menulis karangan. Guru juga menjelaskan kata-kata yang sulit ditemukan dalam bacaan. Di samping itu guru menunjukkan kamus bahasa Indonesia, dan menjelaskan bagaimana menggunakan kamus.
Guru kelas dua SMP membagi siswa di kelasnya menjadi delapan kelompok. Tiap kelompok terdiri dari lima orang siswa. Guru memberikan sebuah bejana, sebuah tabung yang terbuka kedua ujungnya dan sebuah garpu tala kepada tiap kelompok. Tiap kelompok diberi tugas sama tentang resonansi udara. Pada tiap kelompok siswa mempunyai tugas tertentu. Seorang siswa mengisi bejana dengan air. Seorang siswa lain memegang tabung terbuka, memasukkan, dan mengangkat tabung tersebut dalam bejana air. Seorang siswa memegang dan mendengarkan garpu tala. Dua siswa yang lain bertindak mengobservasi dan membuat catatan kelompok. Pada saat tabung terbuka di angkat atau di masukkan ke dalam bejana, garpu tala tersebut dibunyikan. Pengukur mengukur dan mencatat panjang tabung di atas permukaan air. Guru berkeliling kelompok, member komentar dan memperbaiki cara kerja kelompok melakukan percobaan resonansi. Tiap kelompok diminta menarik kesimpulan. Ada kelompok yang menyimpulkan bahwa bunyi makin keras terdengar, bila panjang tabung di atas air semakin panjang. Ada kelompok yang menyimpulkan bahwa bunyi makin lemah terdengar, bila panjang tabung di atas air semakin pendek. Ada kelompok yang memberi ukuran panjang tabung di atas air secara rinci seperti 15cm, 20cm, 25cm, dan 30cm, tetapi ragu-ragu tentang keras atau lemahnya bunyi garpu tala. Setelah kelompok selesai melakukan percobaan, kemudian guru membimbing diskusi antar-kelompok berkenaan dengan hasil percobaan. Dari diskusi antar-kelompok diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Bunyi makin keras terdengar, bila panjang tabung di atas permukaan air semakin panjang. Sebaliknya, bunyi makin lemah terdengar, bila panjang tabung di atas air semakin pendek.
Guru kelas satu SMA menerangkan perang Diponegoro. Ia meletakkan peta peperangan Diponegoro di papan tulis. Beberapa foto dan lukisan yang berhubungan dengan perang Diponegoro tersedia. Peta Jawa, Sulawesi , dan Indonesia tersedia. Tiruan terjemahan perjanjian dengan Belanda tersedia. Guru menjelaskan situasi sebelum perang, sebab-sebab terjadinya perang, watak tokoh-tokoh, jalannya peperangan, dan berakhirnya perang. Segala media dan sumber belajar digunakan. Siswa memperoleh kesempatan melihat foto, gambar, dan membaca tiruan terjemahan dokumen sehubungan dengan perang Diponegoro. Siswa diberi kesempatan bertanya sebanyak-sebanyaknya. Guru menjelaskan secara rinci berkenaan dengan perang beserta akibat perang. Guru bertindak sebagai penceramah tunggal, tetapi siswa diberi peran belajar aktif. Pada akhir pelajaraqn guru membuat ikhtisar dan melakukan Tanya jawab. Dalam Tanya jawab tersebut guru berusaha memperoleh kesan umum tentang perolehan hasil belajar siswa selama jam pelajaran. Sebagai penutu, guru mengharapkan agar siswa mempelajari bahan tersebut lebih lanjut.
Ketiga lukisan perilaku mengajar tersebut menggambarkan pengorganisasian siswa belajar. Guru kelas satu SMP memerankan pembelajaran individual. Guru kelas dua SMP memerankan pembelajaran kelas kelompok. Guru kelas satu SMA memerankan pembelajaran kelas. Ketiga pembelajaran tersebut memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda.
B. Macam-Macam Pendekatan Pembelajaran
1. Pembelajaran secara Individual
Pembelajaran secara individual adalah kegiatan mengajar guru yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Bantuan dan bimbingan belajar kepada individu juga ditemukan pada pembelajaran klasikal, tetapi prinsipnya berbeda. Pada pembelajaran individual, guru memberi bantuan kepada masing-masing pribadi. Sedangkan pada pembelajaran klasikal, guru member bantuan secara umum. Sebagai ilustrasi, bantuan guru kelas tiga kepada siswa yang membaca dalam hati dan menulis karangan adalah pembelajaran individual. Pada membaca dalam hati secara individual siswa menemukan kesukaran sendiri-sendiri. ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran individual dapat ditinjau dari segi (i) tujuan pengajaran, (ii) siswa sebagai subjek yang belajar, (iii) guru sebagai pembelajar, (iv) program pembelajaran, serta (v) orientasi dan tekanan utama dalam peaksanaan pembelajaran.
a. Tujuan Pengajaran pada Pembelajaran secara Individual
Perilaku belajar mengajar di sekolah yang menganut system klasikal tampak serupa. Dalam kelas tampak siswa yang rata-rata berjumlah 40 an orang. Guru membantu siswa yang menghadapi kesukaran. Adapun tujuan pembelajaran yang menonjol adalah : (1) pemberian kesempatan dan keleluasaan siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri; dalam pengajaran klasikal guru menggunakan ukuran kemampuan rata-rata kelas. Dalam pengajaran individual awal pelajaran adalah kemampuan tiap individual, sedangkan pada pengajaran klasikal awal pelajaran berdasarkan kemampuan rata-rata kelas. Siswa menyesuaikan diri dengan kemampuan rata-rata kelas. (2) pengembangan kemampuan tiap individu secara optimal. Tiap individu memiliki paket belajar sendiri-sendiri, yang sesuai dengan tujuan belajarnya secara individual juga.
b. Peran Siswa dalam Pembelajaran secara Individual
Kedudukan siswa dalam pembelajaran individual bersifat sentral. Pebelajar merupakan pusat layanan pengajaran. Berbeda dengan pengajaran klasikal, maka siswa memiliki keleluasaan berupa (i) keleluasaan belajar berdasarkan kemampuan sendiri, (ii) kebebasan menggunakan waktu belajar, dalam hal ini siswa bertanggung jawab atas semua kegiatan yang dilakukannya, (iii) keleluasaan dalam mengontrol kegiatan, kecepatan, dan intensitas belajar, dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan, (iv) siswa melakukan penilaian sendiri atas hasil belajar, (v) siswa dapat mengetahui kemampuan dan hasil belajar sendiri, serta (vi) siswa memiliki kesempatan untuk menyusun program belajarnya sendiri.
Keenam jenis kedudukan siswa tersebut berakibat pada adanya perbedaan tanggung jawab belajar mengajar. Pada pembelajaran klaskal, tanggung jawab guru dalam membelajarkan siswa cukup besar. Pada pembelajaran secara individual, tanggung jawab siswa untuk belajar sendiri sangat besar. Pebelajar bertanggung jawab penuh untuk belajar sendiri. Timbul soal berikut ; apakah siswa telah memiliki rasa tanggung jawab untuk belajar sendiri? hal ini terkait dengan perkembangan emansipasi diri siswa. Meskipun demikian pada tempatnya sejak usia pendidikan dasar (6;0-15;0) siswa dididik untuk memiliki rasa tanggung jawab dalam beajar sendiri (Monks, Knoers, Siti Rahayu Haditono, 1989).
c. Peran Guru dalam Pembelajaran secara Individual
Kedudukan guru dalam pembelajaran individual bersifat membantu. Bantuan guru berkenaan dengan komponen pembelajaran berupa (i) perencanaan kegiatan belajar, (ii) pengorganisasian kegiatan belajar, (iii) penciptaan pendekatan terbuka antara guru dan siswa, dan (iv) fasilitas yang mempermudah belajar.
Dalam pengajaran klasikal pada umumnya peranan guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran sangat besar. Hal ini tidak terjadi dalam pembelajaran individual. Perenan guru dalam merencanakan kegiatan belajar sebagai berikut : (i) membantu merencanakan kegiatan belajar siswa; dengan musyawarah guru membantu siswa menetapkan tujuan belajar, membuat program belajar sesuai kemampuan siswa, (ii) membicarakan pelaksanaan belajar, mengemukakan criteria keberhasilan belajar, menentukan waktu dan kondisi belajar, (iii) berperan sebagai penasihat atau pembimbing, dan (iv) membantu siswa dalam penilaian hasil belajar dan kemajuan sendiri. sebagai ilustrasi, guru membantu memilih program belajar dengan suatu modul. (Tjipto Utomo & Kees, Ruijter, 1990: 69-83.)
Peranan guru dalam pengorganisasian kegiatan belajar adalah mengatur dan memonitor kegiatan belajar sejak awal sampai akhir. Peranan guru sebagai berikut: (i) memberikan orientasi umum sehubungan dengan belajar topic tertentu, (ii) membuat variasi kegiatan belajar agar tidak terjadi kebosanan, (iii) mengkoordinasikan kegiatan dengan memperhatikan kemajuan, materi, media, dan sumber, (iv) membagi perhatian pada sejumlah pebelajar, menurut tugas dan kebutuhan pebelajar, (v) memberikan balikan terhadap setiap pebelajar, dan (vi) mengakhiri kegiatan belajar dalam suatu unjuk hasil belajar berupa laporan atau pameran hasil kerja; unjuk kerja hasil belajar tersebut umumnya diakhiri dengan evaluasi kemajuan belajar.
Peranan guru dalam penciptaan hubungan terbuka dengan siswa bertujuan menimbulkan perasaan bebas dalam belajar.
d. Program Pembelajaran dalam Pembelajaran Individual
Program pembelajaran individual merupakan usaha memperbaiki kelemahan pengajaran klasikal. Dari segi kebutuhan pebelajar, program pembelajaran individual lebih efektif, sebab siswa belajar sesuai dengan programnya sendiri. Dari segi guru, yang terkait dengan jumlah pebelajar, tampnk kurang efisien. Jumlah siswa sebesar empat puluh orang mem inta perhatian besarguru, dan hal itu akan melelahkan guru.
Dari segi usia perkembangan pebelajar, maka program pembelajaran individual cocok bagi siswa SLTP ke atas. Hal ini disebabkan oleh (i) umumnya siswa sudah dapat membaca dengan baik, (ii) siswa mudah memahami petunjuk atau perintah dengan baik, dan (iii) siswa dapat bekerja mandiri dan bekerja sama dengan baik.
Dari segi bidang studi, maka tidak semua bidang studi cocok untuk diprogramkan secara indr idual. Bidang studi yang dapat diprogramkan secara individual adalah pengajaran bahasa, matematika, IPA, dan IPS bagi bahan ajaran tertentu. Bagi bidang studi musik, kesenian, dan olah raga yang bersifat perorangan, juga cocok untuk program pembelajaran individual.
Program pembelajaran individual dapat dilaksanakan secara efektif, bila mem pert imbangkan hal-hal berikut, (i) disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. (ii) tujuan pembelajaran dibuat dan dimengerti oleh siswa, (iii) prosedur dan cara kerja dimengerti oleh siswa, (iv) kriteria keberhasilan dimengerti oleh siswa, dan (v) keterlibatan guru dalam evaluasi dimengerti siswa.
e. Orientasi dan Tekanan Utama Pelaksanaan
Program pembelajaran individual berorientasi pada pemberian bantuan kepada se:iap siswa agar ia dapat belajar secara mandiri. Kemandirian belajar tersebut merupakan tuntutan perkembangan individu. Dalam menciptakan pembelajaran individual, rencana guru berbeda dengan pengajaran klasikal. Dalam pelaksanaan guru berperan sebagai fasilitator, pembimbing, pendiagnosis kesukaran belajar, dan rekan diskusi. Guru berperan sebagai guru pendidik, bukan instruktur.
2. Pendekatan Pembelajaran secara Kelompok
Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas adakalanya guru membentuk kelompok kecil. Kelompok tersebut umumnya terdiri dari 3-8 orang siswa. Dalam pembelajaran kelompok kecil, guru memberikan bantuan atau bimbingan kepada tiap anggota kelompok lebih intensif. Hal ini dapat terjadi, sebab (i) hubungan antarguru-siswa menjadi lebih sehat dan akrab, (ii) siswa memperoleh bantuan, kesempatan, sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan minat, serta (iii) siswa dilibatkan dalam penentuan tujuan belajar, cara belajar, kriteria keberhasilan. Ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran sfccara kelompok dapat ditinjau dari segi (i) tujuan pengajaran, (ii) pebelajar, (iii) guru sebagai pembelajar, (iv) program pembelajaran, dan (v) orientasi dan tekanan utama pelaksanaan pembelajaran. Uraian selanjutnya di bawah ini.
a. Tujuan Pengajaran pada Kelompok Kecil
Pembelajaran kelompok kecil merupakan perbaikan dari kelemahan pengajaran klasikal. Adapun tujuan pengajaran pada pembelajaran kelompok kecil adalah (i) memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, (ii) mengembangkan sikap sosial dan semangat bergotong-royong dalam kehidupan, (iii) mendinamiskan kegiatan kelompok dalam belajar sehingga tiap anggota mcrasa diri sebagai bagian kelompok yang bertanggung jawab, dan (iv) mengembangkan kemampuan kepemimpinan-keteipimpinan pada tiap anggota kelompok dalam pemecahan masalah kelompok. Sebagai ilustrasi, lomba karya tulis ilmiah kelompok di SMA menimbulkan kerja sama tim, dan sekaligus kompetisi sehat antar-kelompok (Joyce, Bruce & Weil, Marsha, 1980).
b. Peran Siswa dalam Pembelajaran Kelompok Kecil
Siswa dalam kelompok kecil adalah anggota kelompok yang belajar untuk memecahkan masalah kelompok. Kelompok kecil merupakan satuan kerja yang kompak dan kohesif.
Ciri-ciri kelompok kecil yang menonjol sebagai berikut: (i) tiap siswa merasa sadar diri sebagai anggota kelompok, (ii) tiap siswa merasa diri memiliki tujuan bersama berupa tujuan kelompok, (iii) memiliki rasa saling membutuhkan dan saling tergantung, (iv) ada interaksi dari komunikasi antaranggota, serta (v) ada tindakan bersama sebagai perwujudan tcji^gung jawab kelompok.
Dari segi individu, keanggotaan siswa dalam kelompok kecil merupakan pemenuhan kebutuhan berasosiasi. Tiap siswa dalam kelompok kecil menyadari bahwa kehadiran kelompok diakui bila kelompok berhasil memecahkan tugas yang dibebankan. Dalam hal ' ini timbullah rasa bangga dan rasa "memiliki" kelompok pada tiap anggota kelompok. Siswa berbagi tugas, tetapi merasa satu dalam semangat kerja.
Siswa dalam kelompok kecil berperan serta dalam tugas-tugas kelompok. Agar kelompok kecil berperan konstruktif dan produktif, diharapkan (i) anggota kelompok sadar diri menjadi anggota kelompok; dalam hal ini tindakan individual selalu diperhitungkan sebagai anggota kelompok, (ii) siswa sebagai anggota kelompok memiliki rasa tanggung jawab, (iii) tiap anggota kelompok membina hubungan akrab yang mendorong timbulnya semangat tim, dan (iv) kelompok mewujud dalam satuan kerja yang kohesif. Berkelompok memang merupakan kebutuhan individu sebagai makhluk sosial. Meskipun demikian bertugas dalam suatu kelompok memang harus dididikkan. Dalam berkelompok, maka siswa dididik mewujudkan cita kemanusiaan secara objektif dan benar. Sebagai ilustrasi, regu bola voli SMP akan berjuang memenang-kan kejuaraan lomba voli, sejak tingkat kelas, sekolah SMP sekota, seprovinsi, sampai tingkat nasional. (Schein, 1991 : 205-209.)
c. Peran Guru dalam Pembelajaran Kelompok
Pembelajaran kelompok bermaksud menimbulkan dinamika kelompok agar kualitas belajar meningkat. Dalam pembelajaran kelompok jumlah siswa yang bemiutu diharapkan menjadi lebih banyak. Bila perhatian guru dalam pembelajaran individual tertuju pada tiap individu, maka perhatian guru dalam pembelajaran kelompok tertuju pada semangat kelompok dalair memecahkan masalah. Anggota kelompok yang "berkemampuan tinggi" dijadikan motor penggerak pemecah masalah kelompok.
Peranan guru dalam pembelajaran kelompok terdiri dari (i) pembentukan kelompok, (ii) perencanaan tugas kelompok, (iii) pelaksanaan, dan (iv) evaluasi hasil belajar kelompok.
Pembentukan kelompok kecil merupakan kunci keberhasilan belajar kelompok. Tidak ada pedoman khusus tentang pembentukan kelompok yang jelas. Meskipun demikian ada hal yang patut dipenimbangkan. Pertimbangan pembentukan adalah (i) tujuan yang akan diperoleh siswa dalam berkelompok; sebagai ilustrasi untuk meningkatkan kualitas hasil belajar, pcmbinaan disiplin kerja beregu, peningkatan kecepatan dan ketepatan kerja, latihan bergotong-royong, (ii) latar belakang pengalaman siswa, dan (iii) minat atau pusat perhatian siswa. Dalam kerangka pencapaian tujuan pendidikan, maka guru dapat merekayasa kelompok kecil sebagai alat mendidik tiap anggota kelompok.
Perencanaan tugas kelompok perlu disiapkan oleh guru. Bila di kelas ada delapan kelompok kecil misalnya, maka perlu direncanakan 4-8 tugas. Tugas kelompok dapat paralel atau komplementer. Tugas paralel berarti semua kelompok bertugas yang sama. Sedangkan tugas komplementer berarti kelompok saling melengkapi pcmecahan masalah. Jika guru menghendaki tugas komplementer berarti hams membual beberapa satuan rencana pengajaran. Penyiapan tempat kerja, alat, dan sumber belajar, maupun jadwal penyelenggaraan tugas juga harus direncanakan. Dalam perencanaan tugas kelompok tersebut siswa sebaiknya diikutsertakan.
Dalam pelaksanaan mengajar, guru dapat berperan sebagai berikut; (i) pemberi informasi umum tentang proses belajar kelompok; guru memberi informasi lentang tujuan belajar, tata kerja, kriteria keberhasilan belajar, dan evaluasi, (ii) setelah kelompok memahami tugasnya, maka kelompok melaksanakan tugas. Guru bertindak sebagai fasilitator. pembimbing, dan pengendali ketertiban kerja, (iii) pada akhir pelajaran, tiap kelompok melaporkan hasil kerja, dan (iv) guru melakukan evaluasi tentang proses kerja kelompok sebagai satuan, hasil kerja, perilaku dan tata kerja, dan membandingkan dengan kelompok lain. Dalam evaluasi pada tempatnya siswa juga diikutsertakan. Sebagai ilustrasi kelas satu SMP belajar tentang topik "koperasi angkutan kota" di kota A. Guru menginformasikan bahwa anggota koperasi angkutan tersebut terdiri dari pcmilik kcndaraan dan sopir angkutan. Kelas dibagi menjadi lima kelompok belajar, sesuai dengan hal yang diurusi koperasi. Hal-hal yang diurusi adalah kesejahteraan anggota, pemeliharaan kendaraan, jaringan angkutan, pendidikan anggota, dan lainnya. Tiap siswa dalam kelompok mempelajari hal tertentu. Siswa mempelajari topik tersebut selama empat minggu belajar. Pada minggu kelima diadakan laporan hasil kerja kelompok dan diskusi kelas. Guru, kelompok, dan anggota kelompok melakukan evaluasi hasil kerja kelompok.
Program pembelajaran kelompok memberikan tekanan utama pada peningkatan kemampuan individu sebagai anggota kelompok. Kelas yang berisi empat puluhan siswa adalah kelompok besar. Bagi guru, perhatian terhadap empat puluhan siswa dalam waktu serempak bukanlah mudah. Pembelajaran kelompok kecil merupakan strategi pembelajaran "antara" untuk memperhatikan individu. Pembelajaran kelompok dapat ditempuh gum dengan jalan (i) membagi kelas kc dalam beberapa kelompok kecil; sebagai ilustrasi empat puluh siswa dibagi dalam delapan kelompok kecil, atau (ii) membagi kelas dengan memberi kesempatan untuk belajar perorangan dan berkelompok kecil; dalam hal ini guru perlu mencegah terjadinya perilaku siswa sebaeai parasit belajar, dan ketakmampuan kerja kelompok.
Pada pembelajaran kelompok, orientasi dan tekanan ufama pelaksanaan adalah peningkatan kemampuan kerja kelompok. Kerja kelompok berarti belajar kepemimpinan dan keterpimpipan. Kedua keterampilan tersebut, memimpin dan terpimpin, periu dipelajari oleh tiap siswa. Dalam masyarakat modem keterampilan memimpin dan terpimpin diperlukan dalam kehidupan.
3. Pendekatan Pembelajaran secara Klasikal
Pembelajaran klasikal merupakan kemampuan guru yang utama.. Hal itu disebabkan oleh pengajaran klasikal merupakan kegiatan • mengajar yang tergolong efisien. Secara ekonomis, pembiayaan kelas lebih murah. Oleh karena itu adajumlah minimum siswa dalam kelas. Jumlah siswa tiap kelas pada umumnya berkisar dari 10 - 45 orang.
Dengan Jumlah tersebut seorang guru masih dapat membelajarkan siswa secara bertiasil. Pembelajaran kelas berarti melaksanakan dua kegiatan sekaligus, yaitu (i) pengelolaan kelas, dan (ii) pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Dalam pengelolaan kelas dapat terjadi masaiah yang bersumber dari (i) kondisi tempat belajar, dan (ii) siswa yang teriibat dalam bclajar. Kondisi tempat belajar yang berupa ruaj.g kotor, papan rulis njsak, meja-kursi rusak misalnya, dapat mengganggu belajar. Sedangkan masaiah siswa dapat berupa masaiah individual atau kelompok. Gangguan belajar di kelas dapat berasal dari seorang siswa atau sekelompok siswa. Sudah tentu, guru dituntut berketerampilan mcng.'itasi gangguan belajar dari siswa. Dalam hal ini, guru dapat mcnggunakan teknik-teknik penguatan agar ketertiban belajar terwujud.
Pengelolaan pembelajaran bertujuan mencapai tujuan belajar. Peran guru dalam pembelajaran secara individual dan kelompok kecil berlaku dalam pembelajaran secara klasikal. Tekanan utama pembelajaran adalah seluruh anggota kelas. Di samping penyusunan desain instniksional yang dibuat, maka pembelajaran kelas dapat dilakukan dengan tindakan sebagai berikut: (i) penciptaan tertib belajar di kelas, (ii) penciptaan suasana senang dalam belajar, (iii) pemusatan perhatian pada bahan ajai", dan (iv) mengikutsertakan siswa belajar aktif, (v) pengorganisasian belajar sesuai dengan kondisi siswa.
Dalam pembelajaran kelas, guru dapat mengajar seorang diri atau bertindak sebagai rim pembelajar. Bila guru menjadi tirn pembelajar, maka asas tim pembelajar hams dipatuhi. Tim pembelajar perlu menyusun desain pembelajaran kelas secara baik.
BAB IIIPENUTUP
Untuk memotivasi siswa agar lebih senang belajar maka diperlukan pendekatan pembelajaran. Beberapa pendekatan pembelajaran antara lain pendekatan pembelajaran individual, pendekatan pembelajaran kelompok, dan pendekatan pembelajaran klasikal. Pendekatan pembelajaran individual lebih menitikberatkan pada pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu. Pendekatan pembelajaran kelompok lebih mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok kecil dalam proses belajar mengajar. Pendekatan pembelajaran klasikal lebih berpusat pada guru. Dengan pendekatan pembelajaran tersebut diharapkam peserta didik dapat termotivasi untuk belajar.